Sunday, May 16, 2010

Ghoyru Munsorif

Isim Ghoyru Munshorif

Yang dimaksud dengan ghayru munsorif dalam isim adalah kalimat tersebut tidak dapat menerima tanwin dan tidak dapat menerima tanda jer dengan kasroh. Bentuk ghayru munshorif dalam isim dapat terjadi dikarenakan ada beberapa sebab.
Kalimat isim pada dasarnya dapat menerima tanwin (mutamakkin) tetapi karena sebab tertentu tanwin tidak dapat masuk pada kalimat dimaksud. Begitu pun kalimat isim pada dasarnya ketika beri'rob jer ditadai dengan kasroh. Hanya, karena sebab tertentu kasorh tidak dapat dipasang sebagai tanda i'rob jer. Sebabnya adalah kalimat tersebut :
a. 'Alam (nama) yang :
1. Mengikuti wazan fi'il : contoh _________________
2. Terbentuk dari kalimat lain ('Udul) : contoh _________________
3. Diakhiri ta' tanda ta'nits : contoh _________________
4. Bersusun (Tarkib mazji) : contoh _________________
5. Ada tambahan (ziyadah) alif dan nun : contoh _________________
6. berbahasa non-Arab ('Ajam) : contoh _________________
b. Sifat yang :
1. Mengikuti wazan fi'il : contoh _________________
2. Terbentuk dari kalimat lain ('Udul) : contoh _________________
3. ada tambahan (ziyadah) alif dan nun : contoh _________________
c. Bentuk yang menunjuk jumlah paling banyak (sighot muntahal jumu')
Sighot = bentuk, muntaha = tertinggi, jumu, jama' = jumlah lebih dari dua.
Dari kombinasi di atas, jika tidak diulang maka penyebab ghoiru munshorif ada 9 yang terkumpul dalam syair :
اجمع وزن عادلا أنث بمعرفة (_) ركب وزد عجمة فالوصف قد كملا
1. اجمع Sighot muntahal jumu'
2. زن Mengikuti wazan fi'il
3. عادلا Terbentuk dari kalimat lain ('Udul)
4. أنث Diakhiri ta' atau alif tanda ta'nits, atau ta’nits bil ma’na.
5. معرفة 'Alam
6. ركب Bersusun (Tarkib mazji)
7. وزد Ada tambahan (ziyadah) alif dan nun
8. عجمة berbahasa non-Arab ('Ajam)
9. الوصف Sifat

Jika isim ghoiru munshorif kemasukan al atau disandarkan, maka isim tersebut menjadi munsorif. Artinya tanda jernya kembali dengan kasroh.
Misalnya
وَلا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

Muntahal jumu’ artinya tertinggi. Dia akan bisa sombong kalu dia sendirian. Jika sudah diketemukan dengan orang lain, dia sudah tidak berani sombong lagi.
Ketika sendiri dan sombong, dia tidak mau menerima harokat kasroh. Tetapi, ketika dia diketemukan dengan orang lain diidhofahkan, dia harus mau menerima kasroh sebagai tanda hilangnya sombongnya.
Atau, ketika dia tidak dikenal, dalam kalimat berbentuk nakiroh (tanpa al atau tidak berrangakai), ghoyru munsorif juga akan sombong tidak mau menerima kasroh. Tetapi ketika identitasnya sudah diketahui (menjadi isim ma’rifat) dia harus mau menerima kasroh.
Selengkapnya...