Tuesday, February 24, 2009

WAHYU TAK TERBACA

WAHYU TAK TERBACA

سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا قُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (142) وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ (143) قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ (144)
142. Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus"
143. Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
144. Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
Ayat ini mengandung dua pengertian:
1. bahwa pada mulanya ada kiblat bagi umat Islam di mana mereka menghadap pada waktu shalat. Kemudian Nabi diperintah untuk menghadap kiblat yang ditunggu-tunggu, yaitu kiblat kedua (ka`bah). Meskipun Nabi sudah ingin menghadap ka`bah, namun –sebelum diperintah- Nabi tetap menghadap kiblat pertama (Baitul Maqdis). Dan hal ini tidak mungkin dilakukan tanpa adanya perintah.
2. kiblat pertama diwajibkan dan ditetepkan oleh Allah seperti juga kiblat kedua. Sebab Allah berfirman وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا Di mana Allah menegaskan bahwa yang menjadikan kiblat pertama adalah Allah sendiri. Namun apabila kita membaik-balik al-Qur`an tidak akan kita dapati satu ayat pun yang berisi perintah untuk menghadap kiblat pertama. Bila demikian halnya, maka perintah untuk mengahdap kiblat pertama adalah berdasarkan wahyu tidak terbaca dalam al-Qur`an.
وَإِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلَى بَعْضِ أَزْوَاجِهِ حَدِيثًا فَلَمَّا نَبَّأَتْ بِهِ وَأَظْهَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ عَرَّفَ بَعْضَهُ وَأَعْرَضَ عَنْ بَعْضٍ فَلَمَّا نَبَّأَهَا بِهِ قَالَتْ مَنْ أَنْبَأَكَ هَذَا قَالَ نَبَّأَنِيَ الْعَلِيمُ الْخَبِيرُ (3)
3. Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan Peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan Menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha mengetahui lagi Maha Mengenal."
Ayat ini menunjukkan bahwa Rasululah saw berbicara hal yang rahasia kepada sejumlah istrinya. Tetapi istri yang diajak bicara itu mengira bahwa hal itu bukan rahasia, atau paling tidak, tidak ada salahnya kalau dicereritakan kepada orang lain. Dan begitulah ia menceritakannya kepada orang lain. Kemudian Allah memberitahu Nabi tentang hal ini. Nabi juga diberitahu kalimat-kalimat yang dibocorkan. Ketika istri tadi ditegur Nabi, ia bertanya “siapakah yang memberitahukan hal itu kepadamu?” Nabi menjawab : “Allah-lah yang memberitahukan hal itu kepadaku”.
Kejadian ini menunjukkan bahwa Allah memberitahukan Nabi tentang pembicaraan rahasia yang dibocorkan oleh sebagian isterinya. Padahal al-Qur`an sama sekali tidak menyebutkan apa yang diceritakan Nabi kepada istrinya sebagaimana juga tidak menjelaskan apa yang dibocorkan oleh istrinya itu. Bayangkan, apakah ada ayat yang tertinggal sehingga tidak termaktub dalam al-Qur`an, atau Nabi diberitahu melalui wahyu yang tidak tertulis. Apabila kita mengatakan ada ayat al-Qur`an yang tertinggal, maka ini bertentangan dengan maksud ayat yang menyatakan bahwa ayat-ayat al-Qur`an dipelihara oleh Allah. إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ Kalau begitu Nabi mesti diberitahu melalui wahyu yang tidak terbaca.
مَا قَطَعْتُمْ مِنْ لِينَةٍ أَوْ تَرَكْتُمُوهَا قَائِمَةً عَلَى أُصُولِهَا فَبِإِذْنِ اللَّهِ وَلِيُخْزِيَ الْفَاسِقِينَ (5)
5. Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.
Ayat ini dengan jelas diturunkan setelah penebangan pohon kurma, dan dari al-Qur`an pula kita memahami bahwa izin penebangan itu dari Allah. Tetapi kita tidak menemukan ayat yang menerangkan penebangan itu.
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآَنَهُ (17)
17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
Seperti diketahui bahwa al-Qur`an tidak diturunkan seketika, dan ini juga diterangkan sendiri oleh al-Qur`an. Sejarah turunnya ayat-ayat al-Qur`an juga tidak menjadi faktor yang mempengaruhi urutan ayat-ayatnya. Tetapi Nabi maenyuruh para Sahabat untuk menyusun dan membuat urutan ayat-ayat itu. Apakah penentuan urutan itu berdasakan wahyu dari Allah kepada Nabi, atau didasarkan ijtihad Nabi sendiri ?
Selengkapnya...